Biarlah Pak Jokowi Tetap menjadi pak Jokowi

Menjelang debat pertama capres di televisi yang lalu, banyak yang khawatir pak Jokowi akan dilindas habis oleh pak Prabowo.

Berita-berita di media menjelang debat itu memang mengesankan pak Jokowi masih harus belajar, sedang pak Prabowo tidak perlu lagi belajar dan latihan. Kekhawatiran bahwa pak Jokowi akan kalah telak juga dilatarbelakangi kenyataan pak Jokowi yang jarang berpidato sementara pak Prabowo selalu berpidato dengan garang.

Tapi begitu debat berlangsung kenyataannya sangatlah berbeda. Saya menilai debat itu dimenangkan oleh Jokowi-JK dengan skor 4-2. Kemenangan pak Jokowi itu penyebabnya sederhana, kata-katanya yang keluar dari hati nuraninya, bukan dari rancangan yang dibuat untuk kepentingan pemilu saja.

Inilah keaslian yang harus dijaga, tetaplah jadi Jokowi yang asli, jangan terlalu banyak dipoles, orang suka pada sosok Jokowi karena keasliannya itu.

Dimata orang jawa, orang pinter itu belum tentu baik, orang pinter bisa-bisa jatuh tergradasi menjadi "Keminter", "Minteri" dan "Golek pintere dewe".

Demekian juga orang benar belum tentu disukai, orang benar yang mestinya mutlak harus dianggap benar itu bisa saja menjadi tidak disukai. Yakni kalau orang benar itu terlalu menonjolkan diri dan mengagung-agungkan kebenaran dirinya itu.

Orang benar yang demekian akan jatuh terpuruk dalam status "Orang yang selalu mencari benernya sendiri". Orang yang demekianselalu sekligus dianggap memojokkan orang lainitu tidak ada yang bener.

Maka biarlah pak Jokowi tetap menjadi pak Jokowi, jangan menjadi Dudawi, atau Metrowi, biarlah apa adanya, termasuk biarlah pak Jokowi tetap bicara apa adanya meski kesannya kurang gagah perkasa, bicara dari hati adalah kelebihannya, dari situlah muncul ketulusan dan kejujuran.

Tidak usah khawatir dengan pak Jokowi, dia itu seorang insinyur lulusan UGM (Universitas Gadjah Mada) setidaknya pasti punya pemikiran akademis, punya metodologi dan sistematika, punya logika. Dia seorang Engineeryang terbiasa dengan logika-logika analitis, ditambah lagi dia itu seorang pengusaha, yang bermula dari pengusaha kecil, kemudian menjadi pengusaha binaan BUMN PT. PGN dan kemudian menjadi seorang exportir.

Berarti pak Jokowi pernah merasakan jadi pengusaha kecil, dengan segala suka-duka perjuangan hidupnya, bahwa dia pernah menjadi binaan BUMN dengan baik berarti dia itu orang yang menempatkan dirisebagai murid yang baik. Mau menjadi orang yang mau mendengar, pemimpin yang punya kemampuan mendengar itu langka. Saat ini pemimpin maunya bicara terus, orang lain yang harus mendengarkan, pak Jokowi justru dia yang lebih banyak mendengarkan.

Bagaimana dari seorang pengusaha kecil menjadi exportir juga menandakan bahwa pak Jokowi pasti orang yang gigih, penuh perhitungan dan teliti, baik juga dia terjun ke pemerintahan ketika usahanya belum sampai ketahap raksasa, dengan demekian pak Jokowi belum terkena pengaruh dan penyakit rakus.

Maka kelebihan pak Jokowi itu jangan diganggu-ganggu oleh orang yang hanya mementingkan kulitnya. Biarlah pak Jokowi akan menjadi contoh "memimpin dengan hati".*