600.000 Orang Mati Akibat Asap Tembakau

Jakarta - Asap tembakau membunuh kurang lebih 600.000 orang setiap tahun, hampir sepertiga dari mereka adalah anak-anak, Demekian menurut penilaian global yang dirilis Jumat.

Di antara orang-orang perokok pasif di seluruh dunia terdiri dari 40% anak-anak, 35% wanita dan 33% pria yang masuk kategori perokok pasif pada tahun 2004.

Ketika dilansir untuk pertama kalinya, ada 5,1 juta kematian yang disebabkan perokok aktif, jumlah korban meninggal akibat asap tembakau untuk tahun 2004 berjumlah lebih dari 5,7 juta orang.

Kasus kematian akibat asap tembakau ini hampir menimpa wanita, sedangkan sisanya menimpa anak-anak dan laki-laki, Demekian informasi yang diterbitkan dalam jurnal media Inggris The Lancet.

Sekitar 60% disebabkan oleh penyakit jantung dan 30% oleh gangguan pernapasan, disusul penyakit asma dan kanker paru-paru. Hasil penelitian mengemukakan bahwa perokok pasif menyumbang sebesar 1% kematian di seluruh dunia pada tahun 2004.

Sedangkan kematian yang menimpa orang dewasa lebih banyak disebabkan oleh tembakau yang tersebar di seluruh negara-negara miskin dan kaya. Tapi untuk anak-anak, faktor kemiskinan merupakan sesuatu yang lebih buruk, demekian hasil penelitian.

Kematian orang dewasa sampai anak-anak yang diakibatkan asap tembakau ini masih mendominasi negara-negara Eropa, misalnya di Amerika serikat yang tadinya hanya berkisar 35.388 menjadi 71. Malah kebalikannya yang terjadi di Afrika, dari total 9514 turun menjadi 43375.

"Sebagian besar anak-anak menjadi perokok pasif paling mungkin terjadi di rumah," para peneliti mencatat. "Penyakit infeksi tembakau tampaknya merupakan kombinasi yang mematikan."

Salah satu alasan dua kali lebih banyak perempuan yang bukan merokok meninggal hanya karena jumlah mereka melebihi rekan-rekan pria dengan perbandingan 60% di negara berkembang, 50% para wanita lebih banyak terkena asap tembakau.

Aturan untuk kawasan bebas asap rokok yang berlaku bagi ruang publik secara signifikan dapat mengurangi angka kematian akibat merokok, kata pemimpin peneliti Annette Pruss-Ustun.

Saat ini, hanya sebagian kecil sekitar 7,4% dari populasi dunia tinggal di daerah dengan hukum yang kurang jelas tentang bahaya asap rokok. Jika seumpama hukum ditegakkan, kematian akibat penyebaran perokok pasif yang berisiko, seperti bar dan restoran dapat dicegah sedini mungkin hingga 9%.

Akibat lain yang juga ikut andil adalah masih lemahnya peraturan tentang anti merokok, dan meningkatkan peluang seseorang untuk menjadi perokok aktif.

Para peneliti saat ini merekomendasikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) tentang Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau, yang mencakup kenaikan pajak tembakau, larangan iklan, dan penggunaan kemasan rokok yang mencolok.