Putusan itu sebagai bukti yang menyakinkan bahwa mereka berdua yang paling bertanggung jawab atas kematian 2,2 juta orang Kamboja. Saudara dari aktor pembantaian Polpot, Nuon Chea 88 tahun dan mantan wakil Presiden Khmer Merah Khieu Samphan, 83, dinyatakan bersalah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh rezim Khmer Merah sebagai bagian dari revolusi Agraria dari 1975 - 1979.
Dengan mengenakan kacamata hitam, Nuon Chea yang sedang sakit tetap duduk dan mencengkeram jari-jarinya erat sewaktu putusan dibacakan Hakim, sebaliknya Khieu Samphan berdiri mendengarkan dengan penuh perhatian, tapi tidak menunjukkan reaksi sewaktu vonis hukuman dibacakan.
"Ada tragedi kemanusiaan dan pembantaian meluas dan sistematis terhadap penduduk sipil Kamboja, pembantaian terdiri dari berbagai bentuk, seperti pemindahan paksa, pembunuhan, pemusnahan, penghilangan, pembantaian terhadap martabat manusia dan penindasan politik," kata Hakim Nil Nonn, sebelum menjatuhkan vonis.
Kedua orang tersebut menghadapi tuduhan genosida dalam fase kedua dari beragam pembunuhan yang kompleks. Awalnya ada empat terdakwa, namun mantan Menteri Luar Negeri Ieng Sary meninggal pada tahun 2012 beserta istrinya dan mantan menteri Ieng Thirith saat ini memiliki penyakit Alzheimer sehingga tidak layak untuk diadili.
Sebagian besar korban meninggal karena kelaparan, penyiksaan, kelelahan atau penyakit di kamp kerja paksa dan ada yang dipukuli hingga tewas selama eksekusi massal di "ladang pembantaian" di seluruh pelosok negeri. Dipimpin oleh Pol Pot, pucuk utama pimpinan rezim Khmer Merah berusaha untuk mengubah Kamboja kembali ke "tahun nol" dengan dominasi warga kaum petani.
Kedutaan besar Amerika Serikat mengatakan bahwa pihaknya berharap putusan akan membawa kedamaian dan keadilan bagi para korban yang tak terbayangkan akibat kebrutalan yang disebabkan rezim Khmer Merah.
Selama persidangan yang dimulai pada November 2011, Nuon Chea mengakui bertanggung jawab secara moral sementara Khieu Samphan menyatakan penyesalannya tetapi dia mengatakan hanya boneka yang harus mentaati perintah atasan. Pengacara bagi kedua pria tersebut mengatakan bahwa kedua terdakwa akan mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Mayoritas penduduk Kamboja sekarang hidup damai setelah era berdarah Khmer Merah dan mereka sangat menyesalkan terjadinya pembantaian akibat rezim Khmer Merah menyesalkan. Kamboja kini menikmati perdamaian dan menapaki pembangunan yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak akhir 1990-an, tapi hukuman atas dalang utama pembantaian Pol Pot masih menjadi luka terdalam bagi kebanyakan orang.
"Nuon Chea dan Khieu Samphan melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, kejahatan yang paling serius di dunia," kata Set Maly, 65 tahun, yang kehilangan dua anak dan enam saudaranya. "Aku sangat lega bisa melihat mereka mendapat hukuman yang setimpal karena kami tidak bisa melupakan kejahatan-kejahatan mereka, apa yang terjadi selama rezim Khmer Merah masih ada dalam pikiran saya."
Putusan pertama pengadilan adalah hukuman seumur hidup untuk Kaing Guek Eav, atau Duch, kepala penjara Tuol Sleng yang terkenal, dimana penjara ini awalnya sebuah sekolah di mana sebanyak 14.000 orang disiksa dan dieksekusi.
Top Hun Sen dan wakil perdana menteri, Sok An, menghadiri putusan itu dan mengatakan, putusan itu merupakan tonggak penting. "Kita telah membangun negara ini dari awal setelah terjadinya pembebasan dari genosida, rezim Khmer Merah yang horor," katanya.
Berikan Komentar
Berkomentarlah yang sopan dan jangan buang-buang waktu untuk melakukan spam. Terimakasih.
Obrolan Ringan
Tweets by @komunitasgamer