Ekonomi Meningkat Tetapi Rakyat Tetap Miskin

Jakarta -"Jalanan", sebuah film dokumenter yang diproduksi oleh seorang sutradara asal Kanada, Daniel Ziv, film ini menceritakan kisah tiga pengamen yang memainkan musik diiringan tepukan tangan diangkutan bus kota di Jakarta. Namanya Boni, tinggal di sebuah selokan kotor di bawah pusat perbelanjaan dipusat kota. Film yang baru diputar perdana di Jakarta itu adalah cerminan kesenjangan sosial yang mencolok antara sikaya dan simiskin seiring pertumbuhan ekonomi negeri ini.

Ekonomi Indonesia saat ini berkembang sangat pesat dalam beberapa tahun terakhir, diiringi standar hidup telah meningkat. dengan pendapatan nasional bruto per kapita dua kali lipat selama tahun 2012 sebesar $4.730. Jumlah penduduk yang hidup dalam kemiskinan turun setengah, dari 24% pada tahun 1999 menjadi 12% pada tahun 2012.

Namun sayangnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lagi pesat tidak dirasakan oleh sebagian besar rakyatnya. Menurut laporan dari Bank Dunia, konsumsi riil masyarakat kaya yang didominasi pejabat meningkat sekitar 4% per tahun di 2003 sampai 2010, sedangkan masyarakat miskin yang berjumlah 40% dari berprofesi disektor rumah tangga hanya tumbuh 1,3%. Sebaliknya, konsumsi riil masyarakat kaya sebesar 20% naik menjadi 5,9%. Dengan kata lain, orang yang kaya semakin kaya sedangkan yang miskin semakin miskin dan kere.

Lebih dari 3 juta orang dari pedesaan datang tiap tahunnya ke Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Banyak dari pendatang ini berakhir dengan pekerjaan di layanan kelas bawah, seperti menjajakan makanan di pinggir jalan atau menjual barang-barang di gerobak. Mereka adalah bagian dari ekonomi informal yang luas, yang menyumbang anggaran sebesar 70% dari PDB. Mereka jarang mendapatkan upah minimum resmi dan tidak menerima beberapa tunjangan dari pemerintah.

Bank Dunia memperkirakan bahwa produktivitas tenaga kerja di sektor bawah seperti sektor dibidang pelayanan dan jasa di Indonesia sekitar dua kali lipat di bidang pertanian. Tapi itu hanya seperlima di bidang manufaktur. Dengan kata lain, kemiskinan turun diakibatkan banyaknya para pendatang baru yang meninggalkan sawah untuk bekerja di layanan kelas bawah di Jakarta, berbeda jika pendatang ini mencari pekerjaan di pabrik-pabrik sebagai gantinya.

Undang-undang tenaga kerja yang kaku dan kebijakan proteksionis yang membuat pabrik-pabrik sangat sulit menjadi kompetitif. Meskipun pangsa tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor pertanian telah menurun selama beberapa dekade, pangsa manufaktur tidak berubah sama sekali, mati kaku di sekitar 13%. Dan manufaktur lokal masih didominasi oleh pengolahan kelapa sawit dan komoditas primer lainnya. Sebaliknya, sekarang layanan mempekerjakan sekitar 44% dari angkatan tenaga kerja, naik dari 37% selama satu dekade lalu.