Mengapa Glinding masih lestari?

Glinding atau dokar masih lestari di Pekalongan. Alat transportasi tradisional ini di Kabupaten Pekalongan masih menjadi andalan. Sebab rute transportasi umum yang ada yaitu angkutan kota (angkot) tidak menjangkau seluruh tempat.

Misalnya, Jalan raya Karangdadap - Kedungwuni tidak dilalui angkot. Oleh karenanya kehadiran Glinding menjadi penting. Begitu pula dengan rute Bojong-kedungwuni, Karangdowo-Kedungwuni.

Siapa saja yang masih menggunakan Glinding?

Sebagian besar pengguna glinding adalah Ibu rumah tangga. Ibu-ibu kita menggunakan glinding ketika belanja ke pasar terbesar yaitu Kedungwuni. Kemudian sebagian anak-anak sekolah yang tidak menggunakan sepeda motor atau sepeda.

Tidak hanya sebagai alat transportasi umum, Glinding bisa disewa seharian untuk rekreasi menuju tempat wisata di Pekalongan, misalnya pasir kencana. Biasanya anak-anak TK secara rutin menggunakan transportasi ini ketika liburan sekolah.

Di mana terdapat Glinding?

Glinding bisa dijumpai di pasar Kedungwuni. Pasar ini menjadi tongkrongan Pak kusir dan glindingnya. Dan, perlu dicatat, glinding hanya ada di dataran rendah. Tidak kita jumpai di daerah Doro, Petungkriyono, apalagi Linggo Asri.

Siapakah pemilik Glinding?

Glinding biasanya dimiliki secara turun temurun. Kusir sekaligus pemilik Glinding sebagian besar orang Karangdadap dan Bojong. Sebagian lagi orang Kedungwuni.

Apa enaknya naik Glinding?

Bagi Anda yang tak pernah naik glinding, sesekali saya sarankan naiklah ke satu tempat. Nikmati perjalanan anda. Moda transportasi berkapasitas 5 hingga 7 orang ini bebas polusi CO2. Artinya Glinding ini moda transportasi ramah lingkungan. Memang, Glinding tak secepat laju kendaraan mobil atau bus. Bukan kecepatan yang didapatkan dari menggunakan glinding. Melainkan semilir angin serta goyangannya eaaa…. (“,)

Jadi, tunggu apalagi?

Salam

Redakasi the Pekalongan.

sumber : http://infopkl.tumblr.com/